News Update

Bung Karno Yang Populer di Luar Negeri.......



Tahun 1962 menurut majalah Life, Sukarno adalah Presiden di dunia yang paling dikagumi dan menjadi pusat perhatian dunia. Dibawah Sukarno, pemimpin yang populer adalah Kennedy dan Mao Tse Tung. Life juga mencatat Sukarno adalah pemimpin dunia yang jika ke luar negeri mendapat sambutan luar biasa. Di Amerika Serikat 100 ribu orang berjajar menyambut Sukarno dari Gedung Senat dimana Sukarno berpidato sampai pada tempat-tempat yang dikunjungi Sukarno, di Russia pernah ada Pesta Rakyat bernama Pesta Sukarno. Beberapa negara bahkan mengabadikan nama jalan boulevard-nya sebagai Jalan Sukarno.

Sukarno pernah menjadi harapan dunia baru yang damai. Idenya tentang jalan ketiga Non Blok disambut baik Kruschov dan Kennedy. Double K ini pernah akan bertempur di Berlin saat tank mereka berhadap-hadapan, juga soal penempatan kendali nuklir di Kuba. Sukarno-lah yang menyelesaikan agar kedua belah pihak menahan diri dan membangun satu bentuk hubungan co-existence, hubungan saling mengakui keberadaan masing-masing istilah Sukarno-nya dalam pidato tentang Co-Existence di Jakarta "Lu ada, Gue Ada". Kemampuan Sukarno sebagai diplomat dunia ini tidak begitu disukai pihak-pihak yang berkepentingan agar permusuhan Amerika Serikat dan Sovjet Uni terwujud, karena dengan permusuhan itu AS memiliki alasan untuk menginvasi negara-negara yang beraliran komunisme untuk dijadikan satelit AS, begitu juga kelompok kiri tidak menyukai Bung Karno yang nasionalis itu karena anti pada Internasionalisme. Kennedy yang awalnya tidak menyukai Bung Karno berbalik arah menjadi suka pada gaya Bung Karno, dan kemudian mendorong terbentuknya perdamaian dunia dengan pemuda sebagai pelopornya, hal ini dilakukan Kennedy karena nasihat Sukarno bahwa untuk melakukan perubahan maka yang diberikan garda-nya adalah kaum muda. Atas dasar inilah Kennedy membentuk 'Peace Corps'.

Perwujudan damai ini kemudian menghasilkan kebebasan Irian Barat yang diambil alih Indonesia dan Kennedy mendekat pada Moskow untuk membuka jalan perundingan. Lepasnya Irian Barat dan pembangunan koridor damai inilah yang akhirnya menghabisi nyawa Kennedy dan juga Sukarno beberapa tahun kemudian.

Wibawa Sukarno di Mesir



Wibawa Sukarno hingga kini masih aku rasakan di Mesir ( Kisah Nyata )

Jalan Ahmed Sokarno di Mesir

50 tahun yang lalu,kisah persahabatan Sukarno dan Gamal Abd Nasr begitu akrab hingga terkenal diseluruh dunia,mengapa tidak, karena kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang tinggi dan juga mempunyai pengaruh terhadap kebijakan Internasional.Keduanya mempunyai kekuatan yang amat besar,Sukarno mempunyai bangsa Indoesia yang besar dan hasil alam yang melimpah ruah,kalau berbicara tentang pengaruh, Sukarno mempunyai wibawa tinggi dikawasan regional ( ASEAN pada saat ini ).Gamal Abd Nasr pun mempunyai pengaruh yang kuat di dunia Arab.

Banyak yang berkata “ah itu kan dulu,kalau sekarang ga ada pengaruhnya buat kita”, pernyataan ini amatlah salah,penulis dengan berbagai fakta akan coba menguraikan bahwa hingga saat ini wibawa Sukarno masih ada di bumi Mesir .

Pada suatu sore di Madinat an Nasr,suatu kawasan yang banyak dihuni mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di Mesir,saya keluar dari Saqqoh ( rumah kontrakan ) sambil membawa diktat kuliah untuk di Copy. Saya mulai mencari warung photo copy ,akhirnya saya mendapati sebuah warung photo copy yang ada disebelah kedai yang menjual peralatan dapur. Disana duduk seorang bapak yang bersusia cukup tua,tanpa basa basi saya langsung memberi diktat kuliah itu untuk di copy, sambil membolak balik diktat ,bapak tua tadi bertanya “enta min ein ? ” (kamu dari mana ) dan aku pun menjawab “min andunisie” ( saya dari Indonesia ) langsung dengan spontan beluai berkata “ooo ahmed sukarno “ di duni Arab Sukarno lebih dikenal dengan nama Ahmed Sukarno. Kemudian ia pun berkisah tentang Presiden Sukarno, ” Pada saat bapak masih sekolah,kami dan guru-guru mendengar berita kalau Ahmed Sukarno akan datang ke Kairo,saat itu sekolah spontan memutuskan libur sementara untuk menyambut kedatangan Ahmed Sukarno,dan kebetulan sekolah kami tidak jauh dari kawasan bandara Kairo,” dan saya bertanya ” apa yang bapak lakukan pada saat itu “ dan ia menjawab "Karena rombongan Sukarno akan melewati sekolah kami,maka kami berdiri di depan sekolah sambil melambaykan tangan pertanda kami gembira dengan kedatangannya “ .Karena diktat yang di copy sudah habis ,saya kemudian pamit ,tapi seblum pamit sekali lagi pak tua itu berkata "Sukarno itu pemimpin besar"

dan saya pun menjawab ” terimaksih pak atas ceritanya,semoga nanti Indonesia punya pemimpin seperti beliau “dan saya pun pamit dan mengucapkan salam.

Kisah kedua terjadi pada tanggal 29 September 2010,siang itu pukul 12,saya pergi membeli isyh ( jenis roti yg terbuat dari gandum ) disebuah masjid yang mengelola isyh bersubsidi,diketahui bawa isyh adalah makanan pokok di negara-negara arab kalau di Indonesia kita bisa mengibaratkan seperti beras. Sesuai dengan peraturan yang berlaku,setiap pembeli harus membawa kartu yang berisi list,dimana nantinya setiap kita membeli maka list itu akan di contreng,agar tidak ada pembeli yang membeli isyh tersebut 2 kali dalam satu hari,karena hanya diperbolehkan satu kali per hari. Ketika aku menyodorkan uang 75 piester ( kira-kira 1000 rupiah),” mana kartu anggota mu,klo ga ada kartu ga bisa ambil isyh ini “ kata panita itu,sebenarnya kejadian itu sering terjadi,karena saya bukan pertama kali membli isyh di tempat itu,namun lagi-lagi seorang bapak tua disampingnya berkata ” kasih aja isyh nya sama dia,dia dah sering ambil disini “,kemudian panitia itu bertanya “enta min ein” ( kamu dari mana ) dan saya jawab “andunisie” ( saya orang Indonesia ), dan bapak tua tadi menyahut “Ahmed Sukarno Shoh !” ( Ahmed Sukarno bukan ! ) dan saya menjawab ” aiwah ( iya pak )” dan bapak tua itu pun berkata kepada panitia tersebut “dia itu bagian dari kita juga”. Dalam pemikiran saya pak tua tadi adalah ketua pengelola isyh bersubsidi tersebut,higga panitia lain ikut perintahnya,Bagi saya kisah ini sangat dalam,secara tidak langsung mereka menganggap bahwa masyarakat Indonesia yg ada di Mesir bagian dari masyarakat Mesir itu sendiri.

Benar kata Bung Karno ” jangan sekali-kali melupakan sejarah” ,Persahabatan Sukarno dan Gamal tidak hanya hubungan emosional dua pemimpin besar itu saja,tapi hubungan emosional rakyat Indonesia dan Mesir.



Azmil Nasution

Beograd Masih Ingat Bung Karno



Perjumpaan secara tak sengaja dengan Miroslavic di Kafe Insomnia semakin meyakinkan bahwa nama besar Bung Karno, presiden RI pertama, benar-benar tinggal di hati rakyat Beograd, Serbia. Barangkali juga Bung Karno tidak hanya dikenang di Beograd, tetapi juga di kota-kota lainnya di seluruh Serbia atau malahan di seluruh wilayah bekas Yugoslavia.

Kafe Insomnia yang terletak di perempatan Jalan Strahinjica Bana 66a itu tidaklah besar. Gedung kafe itu berlantai dua. Di lantai bawah ada sekitar 20 kursi, demikian juga di lantai atas. Tetapi, di ruang kecil itu, nama besar Bung Karno bergaung begitu keras.

”Ah, dari Indonesia,” ujar Miroslavic begitu ramah. Lelaki kelahiran tahun 1942, yang pernah memiliki percetakan kertas undangan dan tanggalan, itu lalu dengan lancar bercerita tentang Bung Karno. ”Coba di zaman sekarang ini muncul kombinasi pemimpin seperti (Josip Broz) Tito, Bung Karno, (Gamal Abdul) Nasser, (Jawaharlal) Nehru, dan siapa lagi itu yang dari Ghana, saya lupa, pasti hebat sekali.”

”Saya masih ingat, walau waktu itu masih kecil, kunjungan Bung Karno ke sini, Beograd. Bung Karno sahabat Tito. Waktu itu kami berdiri di pinggir jalan sambil melambai-lambaikan bendera kedua negara. Keduanya hebat,” tuturnya lebih lanjut.

Nama Bung Karno memang selalu disebut-sebut di mana- mana. Begitu menginjakkan kaki di Beograd, yang pertama kali menyebut nama Bung Karno adalah Andri Hadi, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, yang memimpin delegasi Indonesia dalam dialog bilateral antarumat beragama (interfaith) Indonesia-Serbia. ”Kita tiba di negeri sahabatnya Bung Karno,” katanya saat itu.

Di Kedutaan Besar RI di Beograd, untuk kedua kalinya nama Bung Karno disebut. Kali ini oleh Dubes RI untuk Serbia Semuel Samson. ”Gedung KBRI ini berdiri di wilayah yang khusus, istimewa, tidak di kompleks korps diplomatik. Kita memperoleh tempat yang khusus dan luas karena eratnya persahabatan antara Bung Karno dan Tito,” jelas Semuel Samson.

”Anda harus berbangga, sekarang mengikuti seminar di tempat yang dulu digunakan juga oleh para pemimpin Gerakan Nonblok (GNB) untuk pertama kalinya bersidang. Yang lebih istimewa lagi, dan ini harus membuat Anda bangga, di sinilah dulu Bung Karno juga bersidang. Bung Karno pemimpin besar. Dia sahabat Tito, yang berarti juga sahabat kami. Kami, rakyat Serbia, dulu Yugoslavia, bangga akan dia,” ujar Radislav Z Milanovic begitu lancar, tanpa bisa diputus, di sela-sela dialog antar-umat beragama.

Dialog diselenggarakan di Palace of Serbia, sebuah gedung yang digunakan untuk menggelar Konferensi Pertama GNB tahun 1961. Milanovic, seorang senior eksekutif di perusahaan penerbangan Serbia, yang pernah beberapa kali ke Indonesia, mengaku sangat mengagumi Bung Karno.

Di dalam ruang sidang, Ljubodrag Dimic, seorang profesor doktor dari Universitas Beograd, yang menjadi salah satu pembicara dalam dialog, secara panjang lebar menjelaskan tentang persahabatan Indonesia lewat GNB. ”Bung Karno memainkan peran sangat besar dalam konferensi itu,” katanya. ”Soekarno memang tokoh besar. Anda, saudara-saudara kami dari Indonesia, harus berbangga memiliki tokoh sebesar dan sehebat Soekarno, sama seperti kami memiliki tokoh besar Tito,” lanjutnya.

Tokoh pemersatu

Yang diucapkan Dimic itu diulangi lagi oleh pemimpin Komunitas Islam Serbia, Imam Besar Adem Zilkic, saat menerima delegasi Indonesia di kompleks Masjid Bajrakli. ”Jarak antara Indonesia dan Serbia memang jauh. Secara geografis kita berada di tempat yang berjauhan, tetapi secara spiritual kita dekat. Kita memiliki hubungan spiritual yang dekat. Yang berjasa mempererat hubungan spiritual kita adalah Soekarno. Dia sahabat kami rakyat Serbia,” kata Adem Zilkic.

Dua jam kemudian, di Universitas Beograd, Rektor Universitas Beograd Branko Bogdanovic, menjelang acara penandatanganan naskah kesepahaman antara Universitas Beograd dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, lagi-lagi bercerita tentang kebesaran dan kehebatan Bung Karno. ”Presiden Soekarno menerima gelar doktor kehormatan dari universitas ini. Pemberian gelar itu, selain menunjukkan kehebatan Soekarno di bidang akademi, juga membuktikan betapa kami sangat menghormati tokoh besar itu,” katanya.

”Ya, Soekarno memang tokoh besar. Ia pahlawan yang kami banggakan. Berdosalah kami kalau ke Beograd tidak singgah ke universitas ini, tempat dulu Soekarno mendapat gelar doktor,” sambung Semuel Samson. Bahkan Dubes RI untuk Serbia ini menyebut, selama 20 tahun masa pemerintahannya, Bung Karno 20 kali mengunjungi Yugoslavia.

Dan Dekan Fakultas Teologi Ortodoks Universitas Beograd Artemije Irenej, seorang uskup Gereja Ortodoks Serbia, tidak ketinggalan memuji Bung Karno menjelang kuliah umum yang disampaikan oleh Pendeta Margaretha Maria Hendriks-Ririmasse, Heru Prakoso SJ, dan Komaruddin Hidayat.

Mengapa Bung Karno begitu dipuji dan dikagumi di Serbia? ”Itu menunjukkan kebesaran dan kehebatan Bung Karno sebagai tokoh GBN. Selain itu, Bung Karno juga dipandang sebagai pemimpin pendorong solidaritas, solidarity maker. Sebagai bangsa yang plural, Serbia sama dengan Indonesia, membutuhkan seorang pemersatu. Di sini, setelah Tito meninggal, Yugoslavia bubar, sementara setelah Bung Karno meninggal, Indonesia masih bersatu, masih utuh. Itu yang membuat mereka kagum kepada Indonesia, kagum kepada Bung Karno, sang pemersatu,” komentar Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat.

Bung Karno memang tokoh besar. Dan, rakyat Serbia mengakuinya.

(trias kuncahyono dari Beograd, Serbia)

Perintah Bung Karno : Ganjang Malajsia


"Engkau Mau Apa?...Konfrontasi Ekonomi!, Kita djawab Dengan Konfrontasi
Ekonomi!.... Konfrontasi Politik?....Kita Djawab dengan Konfrontasi olitik!!!!...Konfrontasi
Politik!!!!...Mau Konfrontasi Militer....Kita Djawab dengan Konfrontasi Militer!!!!
IKI DADAKU....ENDI DADAMU!!!!!!!!!!!! (Sukarno dalam pidato Ganjang Malajsia)


Mengenang Politik Ganyang Malaysia
Oleh : Anton

Kita tidak gentar! Kalau; mereka serang kita, sekaligus kita hancur leburkan Singapura. Ya, memang karena Singapura adalah pokok, mile stone di dalam life line of imperialism.
(Letnan Jenderal Ahmad Yani mengenai ancaman Nekolim)
Salah satu lagu yang pernah mewarnai jalan-jalan di Indonesia pada pertengahan tahun 60-an adalah lagu Ganyang Malaysia “Yok,..Kita Ganyang Tengku Abdul Rahman, Perutnya gendut kayak tempayan..” orang banyak mengira politik Ganyang Malaysia sebagai politik alih perhatian Bung Karno terhadap kondisi ekonomi yang carut marut, tapi sesungguhnya apa yang dicanangkan Bung Karno untuk menggagalkan proyek Neo Kolonialisme Federasi Malaysia merupakan buah dari pemikiran yang kritis terhadap perkembangan korektif Kapitalisme dan Imperialisme gaya baru.

Proyek pembentukan Federasi Malaysia dengan mencaplok Kalimantan Utara dan Singapura oleh Inggris melalui tangan Kuala Lumpur merupakan garis politik baru negara kolonialis itu membentuk jaringan imperialismenya seperti yang dilakukan di Timur Tengah atas pembentukan Irak, membantu penegakan rezim dinasti Saud di jazirah Arab dan membangun komunitas Israel di tengah-tengah bangsa Arab. Di Asia Tenggara Inggris membangun kantung-kantung koloninya guna mencegah meluasnya pengaruh paham kemerdekaan politik dan sosialisme dari Indonesia, Vietnam dan Burma. Proyek ini dibantu Amerika Serikat sebagai kelanjutan untuk mengcontain Indonesia. Tujuan utama dari politik Neo Kolonialisme dan Imperialisme adalah membuat agar negara-negara yang baru saja merdeka secara politik tetap memiliki ketergantungan ekonomi terhadap mereka, sehingga Kapital bisa terus terakumulasi.
Bung Karno adalah bahaya besar bagi Amerika-Inggris di tahun 1960-an, bahkan jauh lebih besar daripada Uni Soviet dan Cina, kenapa sebabnya?. Karena paham politik Bung Karno yang berusaha memutuskan secara total ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara kapitalisme, Bung Karno tidak mau menjual konsesi-konsesi sumber daya alam Indonesia karena itu sama saja dengan kolonialisme, konsesi harus disetujui apabila Indonesia mengambil manfaat dalam jumlah yang mayoritas. Itulah kesadaran negosiasi bangsa yang bermartabat.

Bagi barat Bung Karno adalah hantu yang menyebalkan mereka menyebarkan propaganda Bung Karno sebagai Hitler baru, Hantu bordil segala benua –bahkan ada film porno yang menggunakan aktor mirip Bung Karno berkencan dengan seorang gadis – Secara terus menerus karakter Bung Karno dihancurkan oleh media massa di Amerika sehingga mempengaruhi opini masyarakat Indonesia yang mendapat didikan Amerika untuk nentang Bung Karno, Amerika membangun propaganda seolah-olah Indonesia dikuasai diktator jahat dan mereka terpengaruh. Mereka lupa mayoritas bangsa Indonesia mencintai Bung Karno.
Hal terpenting dalam dunia kapitalisme adalah masalah kapital, titik! Kaum kapitalis bisa menemani siapa saja asal kepentingan kapitalnya jangan diganggu. Saat itu Amerika akrab dengan Moskow karena politik pasca Stalin yang mengedepankan Co-existence –kalau istilah Bung Karno “Lu ada, gua ada” Moskow mengakui keberadaan Amerika Serikat dan siap bekerja sama. Sementara Peking masih menolak adanya politik Co-existence itu. Bung Karno yang tahu pahitnya sebagai orang jajahan, sebagai orang yang dihina “bahkan bayi-bayi Belanda-pun sudah diajarkan meludah kepada kaum pribumi” begitu kata Bung Karno jadi dia tidak akan mau tanah air yang sudah direbut dengan pertarungan senjata, konflik politik yang rumit, kecerdikan politik diplomasi dan diatas segalanya, keberanian rakyat Indonesia diserahkan begitu saja kepada Amerika-Inggris dalam garis baru politik Neo Imperialisme.
Bung Karno paham benar bahwa Imperialisme –yang merupakan fase terakhir dari Kapitalisme- akan selalu melakukan koreksi-koreksi internal, awalnya Kapitalisme mengkoreksi kekejaman-kekejaman kapitalis di negara asalnya dengan mengekspor kekejaman itu ke wilayah-wilayah jajahan. Kemudian setelah wilayah jajahan insyaf akan ketertindasan, Kapitalisme itu kemudian mengkoreksi dirinya lagi dengan merubah menjadi perusahaan-perusahaan multinasional. Sadar akan mulai membesarnya imperialisme jenis baru ini Bung Karno berniat mengambil alih perusahaan-perusahaan besar asing di Indonesia macam : Stanvac, Caltex, Union Carbide, Good Year dll. Bung Karno yang pemikirannya jauh ke depan melampaui jamannya sudah mengindikasikan bahwa bentuk penjajahan masa depan bukan lagi masalah perluasan wilayah lantas menerapkan kapitalis vulgar, tapi kolonialisme bentuk baru yang senjatanya adalah modal. Modal/Kapital yang oleh kaum liberalis didengung-dengungkan tidak memiliki batas-batas negara adalah kebohongan yang dipropagandakan oleh mereka, nyatanya manfaat kapital itu hanya bersarang pada segelintir kelompok yang dekat dengan penguasa, orang yang berada di dalam sistem kekuasaan yang didukung Amerika-Inggris yang kemudian mewariskan utang yang besar kepada bangsa yang digoblokin itu. (untuk kasus Indonesia, ketika Bung Karno jatuh utang negara kita tidak sampai 100 juta dollar US, tapi saat Pak Harto lengser harta kekayaan Suharto saja yang dilansir majalah Time 80 milyar dollar, dengan utang bangsa ini berkali lipat lebih besar)

Politik Neo Kolonialisme dan Imperialisme adalah politik yang menciptakan ketergantungan untuk melestarikan pangsa pasar produk-produk kapitalis, ketergantungan itu dikreasikan lewat godaan-godaan kapitalis seperti : uang yang didapat secara instan, barang-barang mewah yang tidak perlu dan gaya hidup modern tapi hedonis tanpa tahu memproduksi dan menciptakan nilai tambah. Ini sama saja dengan menciptakan kondisi agar seorang kuli tetap menjadi kuli. Kuli-kuli kontrak Deli terus memperpanjang kontrak kerjanya sebagai budak dengan diiming-imingi judi, pelacur dan minuman keras bahkan candu/opium dengan harga diatas upah mereka akhirnya mereka yang tergoda mengutang pada onderneming sehingga dia tidak bisa menabung upah kuli, tidak mampu melepaskan diri dari kerja budak dan terjerat hutang. Bung Karno paham benar bahwa negara yang ia merdekakan harus sepenuhnya bisa melakukan proses produksinya sendiri, merdeka secara ekonomi, merdeka secara pikiran dan merdeka budayanya inilah yang disebutnya sebagai Berdikari dalam Trisakti : Berdikari dalam Politik, Berdikari dalam ekonomi dan Berkepribadian Indonesia. Ketiga prinsip karakter manusia Indonesia ini yang akan berguna untuk menghadapi gempuran pengaruh candu kapitalis dan kuat hidup menderita kalau perlu makan batu demi masa depan Indonesia yang lebih gemilang (tapi mahasiswa-mahasiswi 66 yang terpengaruh CIA itu malah bawa-bawa wajan dan menaruh batu-batu lalu seakan-akan memasak batu untuk mengejek ungkapan Bung Karno, buktinya setelah tiga puluh tahun mereka menjadi bagian dari sistem korup di Indonesia yang tidak peduli dengan rakyat, sedikit dari mereka yang waras dan konsisten terhadap nilai-nilai moral yang diyakini malah diinjak-injak kemanusiaannya seperti :Arif Budiman)

Indonesia pada dasarnya tidak mau ikut campur dengan rencana pencaplokan Kalimantan Utara oleh Kuala Lumpur. Wilayah Sabah dan Sarawak yang sesungguhnya merupakan wilayah kekuasaan kesultanan Sulu (Filipina Selatan), Presiden Macapagal-lah yang protes terhadap pencaplokan Sabah dan Sarawak yang sebelumnya disewa Inggris dari Sultan Jamal Alam dari Sulu. Setelah masa sewa habis, eh tahu-tahu Menhan Najib Tun Rajak koar-koar akan berperang untuk mendapatkan hak atas Sabah dan Sarawak juga mengancam Filipina supaya tidak masuk Kalimantan Utara.

Kelakuan Inggris lewat boneka-boneka politiknya di Kalimantan Utara memang mirip kelakuan Amerika terhadap Hamas saat ini, lewat pemilu yang demokratis Hamas menang tapi malah diisolir tidak dihadapi secara jantan. Begitu juga dengan Partai Rakyat Brunai yang dipimpin Kapten Azhari (Azhari ini pernah berjuang dalam revolusi kemerdekaan di Indonesia jadi dia tahu benar semangat kemerdekaan). PRB menang 54 kursi dari 55 kursi Pemilu distrik di Kalimantan Utara pada Pemilu Agustus 1962. Tapi pemerintah Kuala Lumpur yang dihasut Inggris tidak mau mengakui dan mencap Azhari sebagai pemberontak juga antek-anteknya Sukarno. Padahal Azhari sama sekali nggak berhubungan dengan Indonesia, dia selalu kontak dengan Wapres Filipina Imannuel Palaez. Si Tunku Abdurahman itu malah nunjuk-nunjuk Indonesia sebagai biang keladi kasus Azhari, terang saja Indonesia nolak tuduhan Tunku karena merasa tidak tahu apa-apa. Ketua Umum PNI, Ali Sastro yang juga pernah jadi Perdana

Menteri di era KTT Asia Afrika, Bandung 1955 angkat bicara bahwa Indonesia tidak tahu menahu tentang kasus di Kalimantan Utara tapi jikalau perjuangan itu merupakan perlawanan terhadap Imperialisme maka Indonesia akan mendukung. Tunku malah balik membentak pernyataan Ali Sastro “Jangan campuri urusan Kalimantan Utara!”

Bung Karno yang sudah nggak nahan lihat kelakuan tengil negara kecil yang nggak berani perang buat kemerdekaannya sendiri menjawab ancaman Tunku di depan Konferensi Pers Wartawan Asia Afrika di Jakarta pada April 1963 : “Perjuangan rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, adalah bagian dari perjuangan negara-negara ‘the new emerging forces’ yang membenci penghisapan manusia oleh manusia”. Pernyataan Bung Karno ini bikin gemeter orang-orang Malaya yang jadi boneka Inggris itu, maklum dengan Belanda yang senjatanya modern dan didukung Amerika Serikat saja berani ngelabrak ke Irian Barat, ini dengan negara kecil yang nggak pernah perang petentang petenteng.

Jepang yang tahu benar kehebatan militer Indonesia dan kenekatan orang Indonesia kalau bertempur (maklum tentara mereka yang ndidik ilmu militer orang Indonesia) berusaha bikin adem suasana, mereka menganjurkan diadakan perundingan empat mata antara Sukarno dan Tunku di Tokyo 31 Mei – 11 Juni 1963. Pertemuan Tokyo itu juga dilanjutkan dengan konferensi tribangsa Malaysia-Phillipina-Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah Maphillindo. Gagasan Maphillindo dari Macapagal ini ditentang oleh Inggris dan Amerika mereka takut Maphillindo akan jadi sebuah pakta pertahanan anti barat. Awalnya diadakan pertemuan setingkat menlu, kemudian diputuskan untuk mengadakan pertemuan antara Sukarno-Tunku Abdulrahman-Macapagal di Manila yang berakhir Agustus 1963, pertemuan ini hanya mengesahkan pertemuan tingkat luar negeri saja. Bung Karno dan Macapagal yang punya darah pejuang anti kolonialis dalam pertemuan itu, bertemu empat mata tanpa melibatkan Tunku yang boneka politik Inggris. Bung Karno dan Macapagal dalam pembicaraan itu sepakat untuk mengeluarkan doktrin yang dikenal Doktrin Sukarno-Macapagal : “Urusan Bangsa Asia diselesaikan oleh Bangsa Asia sendiri”.

Lahirnya doktrin itu langsung bikin gempar London, karena pada saat itu mereka sedang merancang Federasi Malaysia yang akan mencaplok Kalimantan Utara yang tujuan utamanya untuk mengcontain Indonesia. Merasa didahului Sukarno-Macapagal para agen intel Inggris dan spion Melayu bikin rumor akan membentuk Federasi Malaysia selambat-lambatnya 31 Agustus 1963. Hal ini berarti menafikan usul Sukarno agar bentukan Federasi harus memperhatikan suara rakyat lewat referendum atau Hak Penentuan nasib sendiri yang jadi wasitnya Sekjen PBB, U Thant. Cuek bebek saja dengan protes Indonesia, London memutuskan menambah pasukan di Malaysia sekitar 50.000 pasukan seakan-akan ini digunakan untuk bersiap dalam politik konfrontasi dengan Indonesia. Untuk membentuk Federasi Malaysia ini London bujukin Amerika agar masuk ke Asia Tenggara sekaligus mendorong agar Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) memback-up kemungkinan perang Inggris-Indonesia di Kalimantan Utara.

Bung Karno kesal bukan main dengan kelakuan Inggris ini. Pembentukan Federasi Malaysia dirasakannya sebagai sebuah Prolog dari rencana besar menguasai Asia Tenggara supaya jatuh lagi ke tangan Inggris dan Amerika (setelah Perancis dan Belanda minggat dihajar keberanian rakyat Vietnam dan Indonesia), kalau ini berhasil Inggris akan untung besar karena ia akan mendapat warisan dari Belanda tanpa perlu bikin traktat-traktat seperti jaman Raffles, tapi cukup gertak dan ngibulin pemimpin Indonesia. Sementara Vietnam yang hak milik Perancis, sudah dikapling Amerika. Untuk nguasain Indonesia, Inggris minta bantuan sepupunya Amerika buat gebukin Sukarno sampai berdarah-darah kalau perlu sampai mati. Tadinya Amerika mau hantam langsung saja Indonesia pakai Armada ke VII yang sudah muter-muter di sekitar Indonesia, tapi Inggris yang otaknya lebih dingin dan jago bikin dokumen bodong macam James Bond ngajak CIA dan jaringan cecunguk-cecunguk orang Indonesia yang anti Sukarno bikin pancingan agar PKI dan Angkatan Darat masuk perangkap yang tujuan utamanya bikin mampus Bung Karno. Mereka sadar kaki-kaki politik Bung Karno ada di dua kelompok ini. Kalau kedua kaki ini diamputasi maka Bung Karno nggak akan bisa bertarung lawan Inggris di Kalimantan Utara, kalau perlu setelah itu Indonesia dipecah-pecah. Kebetulan pemimpin kedua kelompok ini juga lagi berseteru akibat isu Angkatan Ke V. Bung Karno sendiri yang mencetuskan ide Angkatan Ke V yang akan digunakan sebagai barisan bersenjata perlawanan rakyat semesta. Kalau Angkatan Ke V bisa dibentuk maka Indonesia akan mempunyai kekuatan militer yang nyaris menyamai kekuatan militer RRC. Angkatan ke V juga bisa merupakan perwujudan dari UUD 1945 pasal 30 tentang Bela Negara. Karena Indonesia memang sudah dalam ancaman fisik dari Inggris yang menempatkan banyak pasukannya di front terdepan Kalimantan Utara. Tapi untuk melakukan mobilisasi pasukan Angkatan Ke V hanya PKI-lah yang paling siap, soalnya cuman dia sendiri partai yang belum bubar selain PNI dan NU. PNI sendiri sudah lemah luar dalam dalam pencatatan ulang pada Kongres Purwekerto 1963 kader PNI hanya sekitar 1 juta orang, ini bukan mencerminkan partai yang besar lagi.

Kalau kader-kader PKI masuk Angkatan Ke V, ini berarti satu-kosong buat PKI dalam persaingannya dengan Angkatan Darat, karena satu-satunya yang tidak dimiliki PKI dalam perseteruannya itu hanyalah Pasukan Bersenjata. Angkatan Ke V juga dicurigai sebagai langkah awal pembentukan tentara merah di Indonesia. Kecurigaan ini terus dihembus-hembuskan pihak yang berkepentingan merusak persatuan bangsa Indonesia dibawah Bung Karno.

Tapi harus diakui bahwa Inggris memang lebih hebat daripada kita dalam perseteruan Kalimantan Utara. Bekerjasama dengan CIA, mereka berhasil menghancurkan dua kekuatan pendukung Bung Karno sekaligus –Angkatan Darat dan PKI – dalam sebuah peristiwa aneh Gerakan Untung 30 September 1965. Loyalis Bung Karno, Jenderal Ahmad Yani dibunuh dalam gerakan itu, juga hampir seluruh Staff penting Yani yang tergabung dalam SUAD. DN Aidit, tokoh politik kunci PKI yang juga pendukung berat Bung Karno tewas ditembak tentara dalam kemelut itu beberapa bulan kemudian tanpa proses pengadilan, 2-3 juta manusia Indonesia dibantai dalam histeria massa menyusul peristiwa penculikan enam Jenderal. Belakangan keterlibatan Inggris dan CIA ini disebut oleh Bung Karno dalam pidato Nawaksara tahun 1967 mengenai peristiwa Gestok, kata Bung Karno, peristiwa Gestok disebabkan oleh :

1. Keblingernya Pemimpin-Pemimpin PKI
2. Lihainya CIA dan agen-agen asing
3. Adanya oknum-oknum yang tidak benar

Setelah peristiwa aneh misterius itu ditengah kekacauan politik Bung Karno masih sempat memberi tugas Dubes Keliling Ny. Supeni untuk meminta agar Macapagal menunda pengakuan Federasi Malaysia pada bulan Februari 1966, sembari menunggu keputusan konferensi Maphillindo yang gunanya juga mengakhiri politik Konfrontasi. Tapi nasib berkata lain, Bung Karno keburu dijegal Supersemar sialan itu. SP 11 Maret 1966 hanya surat penugasan keamanan, ternyata sudah dipelintir jadi Surat pelimpahan kekuasaan yang ujung-ujungnya Pencopotan Presiden Sukarno oleh MPRS.

Setelah Bung Karno jatuh, maka berkuasalah Orde Baru yang dengan mudah menjual kekayaan alam kita. Atas nama ekonomi pasar semua negara-negara kapitalis besar bancakan disini. Amerika lewat pemberian hutangnya terus menjerat Indonesia dengan proyek-proyek yang nilainya seribu kali lipat kebutuhan sebenarnya (Baca John Perkins) sehingga kita terus-terusan bergantung dengan IMF. Kemilau nafsu kebendaan telah melupakan hakikat kenapa kita dulu bertarung nyawa untuk merdeka?. Tanpa lagi ada malu di wajah-wajah para maling itu yang pakai baju safari mereka mengajari rakyat bagaimana cara mencuri. Jadilah Indonesia bukan lagi bangsa yang besar dan bermartabat seperti jaman Bung Karno. Ketika saya melihat wajah Donald Luther Colopita berdarah-darah, samar-samar saya teringat wajah Bung Karno, bagaimana kecewanya dia lihat anak bangsanya sendiri digebukin di negara kecil yang nggak pernah perang buat ngerebut kemerdekaannya sendiri, setelah itu mereka tidak mau minta maaf dan bersikap arogan dengan mengatakan akan melihat proses hukum, kayak Malaysia tahu aja proses hukum yang benar!, Waperdam-nya sendiri Anwar Ibrahim saja dipecundangi di depan hukum Malaysia itu demi kekuasaan picik. Bung Karno benar, bahwa penjajahan dalam bentuk baru akan berubah wujud. Kita bukan lagi bangsa yang berani, tapi bangsa pengecut.

Memaklumi tiadanya pernyataan maaf dari Malaysia pun pake bawa-bawa alasan ‘kepribadian masing-masing’ – sembari menonjolkan diri kalo gara-gara asap Presiden kita yang plin-plan itu mau minta maaf – Dia ngomong tanpa melakukan move politik agar kita ada harga dirinya padahal jelas warga negara kita sudah dihina dan kelakuan Malaysia mencitrakan orang Indonesia sudah keterlaluan, sebenarnya rakyat menunggu ucapan Presiden kita untuk membangkitkan kesadaran harga diri, banyaklah cerita orang kita disana tentang bagaimana keterlaluannya mereka. Tanpa orang-orang Indonesia, tidak ada itu Petronas...susunan batu pondasi Petronas dibangun lewat keringat orang-orang Indonesia yang jadi kuli bangunan disana, tapi setelah orang kita ditendang-tendang. Malah ada iklan kunci rumah yang tagline-nya “Awas sudah banyak orang Indon” apa ini tidak keterlaluan.....

ANTON

Sukarno, Bendera Pusaka dan Kematiannya




Tak lama setelah mosi tidak percaya parlemen bentukan Nasution di tahun 1967 dam MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan Istana dalam waktu 2 X 24 Jam. Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya. Wajah-wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi. "Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".

Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. "Mana kakak-kakakmu" kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu". Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno, lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana disana ia mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan ia makulum, ajudan itu sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu. "Aku sudah tidak boleh tinggak di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik negara.

Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi "Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan..." Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno. "Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu...keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara". Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana. "Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya". Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."

Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini". Beberapa tentara sudah memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan. Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus. Bung Karno segera mencari koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara. Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara-tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar. Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Saelan dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan. "Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu-buru. "Bapak tidak berpakaian rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak. Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati.

Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi. Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri -gadis Bali- untuk jalan-jalan. Saat melihat duku, Bung Karno kepengen duku tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen duku, ...Tru, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli duku sekilo. Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata "Pak Bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang duku dengan logat betawi kental. Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Duku itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini. Lantas tukang duku itu berteriak "Bapak...Bapak....Bapak...Itu Bapak...Bapaak" Tukang duku malah berlarian ke arah teman-temannya di pinggir jalan" Ada Pak Karno, Ada Pak Karno...." mereka berlarian ke arah mobil VW Kodok warna putih itu dan dengan serta merta para tukang buah memberikan buah-buah pada Bung Karno. Awalnya Bung Karno tertawa senang, ia terbiasa menikmati dengan rakyatnya. Tapi keadaan berubah kontan dalam pikiran Bung Karno, ia takut rakyat yang tidak tau apa-apa ini lantas digelandang tentara gara-gara dekat dengan dirinya. "Tri, berangkat ....cepat" perintah Bung Karno dan ia melambaikan ke tangan rakyatnya yang terus menerus memanggil namanya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Mereka tau pemimpinnya dalam keadaan susah.

Mengetahui bahwa Bung Karno sering keluar dari Jalan Sriwijaya, membuat beberapa perwira pro Suharto tidak suka. Tiba-tiba satu malam ada satu truk ke rumah Fatmawati dan mereka memindahkan Bung Karno ke Bogor. Di Bogor ia dirawat oleh Dokter Hewan!...

Tak lama setelah Bung Karno dipindahkan ke Bogor, datanglah Rachmawati, ia melihat ayahnya dan menangis keras-keras saat tau wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit berdiri. Saat melihat Rachmawati, Bung Karno berdiri lalu terhuyung dan jatuh. Ia merangkak dan memegang kursi. Rachmawati langsung teriak menangis. Malamnya Rachmawati memohon pada Bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga. "Coba aku tulis surat permohonan kepada Presiden" kata Bung Karno dengan suara terbata. Dengan tangan gemetar Bung Karno menulis surat agar dirinya bisa dipindahkan ke Jakarta dan dekat dengan anak-anaknya. Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat. Pagi-pagi setelah mengambil surat dari bapaknya, Rachma langsung ke Cendana rumah Suharto. Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget saat melihat Rachma ada di teras rumahnya. "Lhol, Mbak Rachma ada apa?" tanya Bu Tien dengan nada kaget. Bu Tien memeluk Rachma, setelah itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya. Hati Bu Tien rada tersentuh dan menggemgam tangan Rachma lalu dengan menggemgam tangan Rachma bu Tien mengantarkan ke ruang kerja Pak Harto. "Lho, Mbak Rachma..ada apa?" kata Pak Harto dengan nada santun. Rachma-pun menceritakan kondisi Bapaknya yang sangat tidak terawat di Bogor. Pak Harto berpikir sejenak dan kemudian menuliskan memo yang memerintahkan anak buahnya agar Bung Karno dibawa ke Djakarta. Diputuskan Bung Karno akan dirawar di Wisma Yaso.

Bung Karno lalu dibawa ke Wisma Yaso, tapi kali ini perlakuan tentara lebih keras. Bung Karno sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu, suatu saat Bung Karno tanpa sengaja menemukan lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu langsung direbut dan ia dimarahi. Kamar Bung Karno berantakan sekali, jorok dan bau. Memang ada yang merapihkan tapi tidak serius. Dokter yang diperintahkan merawat Bung Karno, dokter Mahar Mardjono nyaris menangis karena sama sekali tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno. Ia tahu obat-obatan yang ada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah seorang Perwira Tinggi. Mahar hanya bisa memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Jika sulit tidur Bung Karno diberi Valium, Sukarno sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat ginjalnya tidak berfungsi.

Banyak rumor beredar di masyarakat bahwa Bung Karno hidup sengsara di Wisma Yaso, beberaoa orang diketahui akan nekat membebaskan Bung Karno. Bahkan ada satu pasukan khusus KKO dikabarkan sempat menembus penjagaan Bung Karno dan berhasil masuk ke dalam kamar Bung Karno, tapi Bung Karno menolak untuk ikut karena itu berarti akan memancing perang saudara.

Pada awal tahun 1970 Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Bung Karno yang jalan saja susah datang ke rumah isterinya itu. Wajah Bung Karno bengkak-bengkak. Ketika tau Bung Karno datang ke rumah Fatmawati, banyak orang langsung berbondong-bondong ke sana dan sesampainya di depan rumah mereka berteriak "Hidup Bung Karno....hidup Bung Karno....Hidup Bung Karno...!!!!!" Sukarno yang reflek karena ia mengenal benar gegap gempita seperti ini, ia tertawa dan melambaikan tangan, tapi dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham dia adalah tahanan politik.

Masuk ke bulan Februari penyakit Bung Karno parah sekali ia tidak kuat berdiri, tidur saja. Tidak boleh ada orang yang bisa masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau. Ia berteriak " Sakit....Sakit ya Allah...Sakit..." tapi tentara pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar. Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu.

Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto dan mengecam cara merawat Sukarno. Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan, ia teringat sahabatnya itu. Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi untuk bertemu dengan Bung Karno. "Kakak tidak mungkin kesana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik" Hatta menoleh pada isterinya dan berkata "Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kita itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini". Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto untuk bertemu Sukarno, ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia diperbolehkan menjenguk Bung Karno.

Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan "Bagaimana kabarmu, No" kata Hatta ia tercekat mata Hatta sudah basah. Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta "Hoe gaat het met Jou?" kata Bung Karno dalam bahasa Belanda - Bagaimana pula kabarmu, Hatta - Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno menangis seperti anak kecil. Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang menyesakkan dada.

Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945 Bung Karno menunggui Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, saat kematiannya-pun Bung Karno juga seolah menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.

Mendengar kematian Bung Karno rakyat berjejer-jejer berdiri di jalan. Rakyat Indonesia dalam kondisi bingung. Banyak rumah yang isinya hanya orang menangis karena Bung Karno meninggal. Tapi tentara memerintahkan agar jangan ada rakyat yang hadir di pemakaman Bung Karno. Bung Karno ingin dikesankan sebagai pribadi yang senyap, tapi sejarah akan kenangan tidak bisa dibohongi. Rakyat tetap saja melawan untuk hadir. Hampir 5 kilometer orang antre untuk melihat jenazah Bung Karno, di pinggir jalan Gatot Subroto banyak orang berteriak menangis. Di Jawa Timur tentara yang melarang rakyat melihat jenasah Bung Karno menolak dengan hanya duduk-duduk di pinggir jalan, mereka diusiri tapi datang lagi. Tau sikap rakyat seperti itu tentara menyerah. Jutaan orang Indonesia berhamburan di jalan-jalan pada 21 Juni 1970. Hampir semua orang yang rajin menulis catatan hariannya pasti mencatat tanggal itu sebagai tanggal meninggalnya Bung Karno dengan rasa sedih. Koran-koran yang isinya hanya menjelek-jelekkan Bung Karno sontak tulisannya memuja Bung Karno.

Bung Karno yang sewaktu sakit dirawat oleh dokter hewan, tidak diperlakukan dengan secara manusiawi. Mendapatkan keagungan yang luar biasa saat dia meninggal. Jutaan rakyat berjejer di pinggir jalan, mereka melambai-lambaikan tangan dan menangis. Mereka berdiri kepanasan, berdiri dengan rasa cinta bukan sebuah keterpaksaan. Dan sejarah menjadi saksi bagaimana sebuah memperlakukan orang yang kalah, walaupun orang yang kalah itu adalah orang yang memerdekakan bangsanya, orang yang menjadi alasan terbesar mengapa Indonesia harus berdiri, Tapi dia diperlakukan layaknya binatang terbuang, semoga kita tidak mengulangi kesalahan seperti ini lagi.....


Anton, 21 Juni- Tanggal Meninggalnya Bung Karno.


Intelektualitas Sukarno





Intelektualitas Sukarno

Tidak seperti SBY yang menggunakan intelektualitas hanya sebagai alat pencitraan seperti kelulusannya dari IPB dan menggondol gelar S3 bertepatan dengan Pemilu 2004 yang seolah-olah mencitrakan dirinya adalah calon Presiden RI yang lebih intelek dibandingkan Megawati yang tidak pernah lulus kuliah. - Maka intelektualitas Presiden Sukarno adalah intelektualitas sejati, bukan intelektualitas artifisial model SBY yang penuh dengan pencitraan, Intelektualitas Sukarno adalah kecerdasan yang dibangun lewat proses yang panjang, ia bukan saja pembaca buku yang rakus tapi ia juga berkelahi langsung dalam kehidupan.

Intelektualitas Sukarno kerap mencengangkan banyak pemimpin dunia. Sampai-sampai Perdana Menteri Nehru berkata kepada anaknya Indira Gandhi "Bila kamu ada permasalahan yang tidak kamu mengerti tanyalah pada Pamanmu, Sukarno". De Gaulle yang awalnya tidak menyukai Sukarno karena ia mengesankan Sukarno hanyalah pemimpin Asia yang doyan perempuan, tapi setelah bertemu dengan Sukarno, De Gaulle mengatakan "Saya baru saja bertemu dengan orang paling cerdas di muka bumi ini dan dia adalah Sukarno" De Gaulle mengagumi wawasan Sukarno yang sedemikian luas dan kepandaian Sukarno berbicara bahasa Perancis.

Dalam dunia akademis Sukarno diganjar 26 Gelar Doktoral Honoris Causa. Dan ini merupakan gelar pengakuan akademik terbanyak yang dimiliki seorang Presiden dimanapun di dunia ini.

Sukarno adalah seorang pembelajar, semasa kecil ia membacai buku ditengah gulita malam dengan lilin, ia terus membaca buku. Saat dia menjadi Presiden Istana Negara dan semua tempat yang ditinggali Bung Karno dipenuhi dengan buku. Ia juga sangat informatif dan memiliki kepandaian yang tinggi dalam merangkai sesuatu. Ia membangun kultur bangsanya sebagai bangsa yang cerdas. Kepemimpinan Sukarno membuat kita belajar terhadap banyak hal, termasuk memahami bahwa kepemimpinan yang buruk rupa adalah kepemimpinan yang mengandalkan Pencitraan semu.

Pengkhianat

Aku pernah berkata, ada orang kaya raya, auto Impala, auto Mercedes, gedungnya tiga, empat, lima tingkat, tempat tidurnya kasurnya tujuh lapis mentul-mentul. Tiap-tiap hari makan empat, lima, enam, tujuh kali. Ya, seluruh rumahnya itu laksana ditabur dengan ratna mutu manikam, kakinya tidak pernah menginjak ubin, yang diinjak selalu permadani yang tebal dan indah. Tapi orang yang demikian itu, pengkhianat. Tapi orang yang demikian itu menjadi kaya oleh karena korupsi. Orang yang demikian itu di wajah-Nya Tuhan yang Maha Esa, adalah orang yang rendah. Di wajah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah orang yang rendah!
Sebaliknya, kataku dalam pidato itu, ambil seorang penyapu jalan. Penyapu jalan di sana, di Jalan Thamrin atau jalan Sudirman atau jalan-jalan lain, nyapu jalan, Saudara-saudara. Pada waktu kita enak-enak tidur waktu malam, dia menyapu jalan, tangannya menjadi kotor oleh karena dia menyapu segala ciri-ciri dan kotor-kotor dari jalan itu, tetapi Saudara-saudara, dia mendapat nafkah dari kerjanya itu dengan jalan jang halal dan baik. Dia dengan uang jang sedikit yang dia dapat dari Kotapraja, Pak Gubernur Sumarno, Saudara-saudara, ya mendapat gaji daripada Kotapraja uang jang sedikit, dia belikan beras, dan dia tanak itu beras, dan dia makan itu nasi dengan istri dan anak-anaknya, bukan di atas kursi yang mentul-mentul, bukan di atas permadaniy tebal, bukan dari piring yang terbuat daripada emas, tidak dengan sendok dan garpu, dia makan makanan yang amat sederhana sekali, dan dia mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT: “Ya Allah ja Rabbi, terima kasih, bahwa Engkau telah memberiku cukup makan bagiku, bagi istriku, bagi anak-anakku. Ya Allah Ya Rabbi, aku terima kasih kepadaMu”. Orang yang demikian ini, menyapu jalan, dia adalah orang mulia dihadapan Allah SWT.

Sumber: Kongres Persatuan Pamong Desa Indonesia, 12 Mei 1964.
Copyright © 2013.TOTO CALEG PDIP - Posts · Comments
Theme Template by Bang Jali · Powered by Blogger